Winda Dwi Prananda

This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Winda Dwi Prananda

This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Winda Dwi Prananda

This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Winda Dwi Prananda

This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Winda Dwi Prananda

This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Minggu, 25 September 2011

Dilema Part I

Dasar cowo moron, enak aja mainin perasaan orang. Emank dia kira dia itu siapa? Awas aja... walaupun dia datang buat minta maaf, aku tidak akan memaafkan.
Emank enak di gituin! Hu...uh..


Tapi bukan itu yang aku lakukan ketika dia berada di depan pintu rumahku. Aku terkejut dengan kedatangannya di depan pintu rumahku. Dia tidak pernah datang tanpa memberitahukan kedatangannya.
Sejak pertengkaran kami yang terakhir aku mengira itu adalah akhir dari segalanya.
Aku tidak berani bertanya kepada dia bagaimana status hubungan kami.


Dan hallo,, lihat apa yang aku lakukan padanya saat ini, aku malah menyunggingkan senyum ku yang manis pada cowo yang sudah membuat duniaku terjungkal ke tepi jurang.
Tidddaaaakkk, dimana pembuktian kata hatiku yang tidak ingin memaafkannya. Mengapa rasa sakit yang pernah dia berikan terlupa hanya dalam waktu sekejap. Pernah terpikir di benakku, jika aku bertemu dengannya ingin rasa hati memberikan cap 5 jari manisku tepat di raut wajahnya!!!


Tapi lihat apa yang terjadi padaku saat ini, aku malah bersikap selembut ini pada orang yang telah berhasil membuatku terpenjara oleh rasa sakitku sendiri.
Tak adil rasanya dunia ini.


But,, apa yang akan dia lakukan kepada hidupku, mengapa dia kembali di saat ku mulai beranjak pergi dari kehidupannya. Mengapa dia datang di saat hatiku sudah yakin dan mantap untuk meninggalkan semua kenangan tentang kami. Mengapa??? Pertanyaan besar yang menjadi dilema. Di satu sisi hatiku masih terluka dan bernanah karna sifatnya, di sisi lain tak dapat ku pungkiri masih mengharapkan dirinya... Oh sungguh kenyataan yang sulit aku hadapi.

Sabtu, 24 September 2011

Go!!!

Perjalananku di MULAI!!! 
Lulussss..... itulah kata yang masih terngiang dalam benak ku... 
Masih teringat jelas senyum di wajah orang yang paling ku sayang setelah berbulan bulan melewati hari-hariku yang terasa sangat amat mendebarkan. 
Memang dia tak mengucapkannya, tapi terlihat dari raut wajahnya yang penuh kecemasan tak beda seperti perasaanku. 

But,, ffiiiuuuhh, itulah hari kemarin, dan sekarang aku telah bernafas lega,,, 
Eiiittsss (masih sedikit mencekik leher). Yupz, itu karena perjalanan ku belum berakhir. 
Masih ada gerbang yang menanti untuk aku lewati, yaitu PTN. 

Alhamdullilah yah(ujar syahrini).. aku masih termasuk kedalam golongan murid beruntung yang bisa lolos dan di rekomendasikan pihak sekolah untuk masuk ke PTN melalui jalur SNMPTN non tes. Hingga akhirnya jalur itu membawaku ke tempat ini!!!! 

Tempat yang cukup jauh dari kota manisku. 

Buuummm, aku terdampar di kota Palangka Raya, ibu kota Pangkalan bun. Perlu waktu kurang lebih 10 jam jika mengendarai transportasi umum atau biasa di sebut bus. 

3 september 2011 Awal perjalanan ku. Tepat pada tanggal 3 september aku berangkat dari tempat kelahiranku. Cuaca hari itu teramat menyedihkan, walaupun untuk sebagian orang menjadi berkah karena turun hujan di musim kemarau. Waktu menunjukan pukul 15.30 wib, aku melangkahkan kaki keluar dari gubuk kecilku. Kepergianku dari rumah di antar oleh malaikat2 hatiku. Ada ortu dan kakak yang dengan setia melepas kepergianku untuk meraih masa depan. Tepat pukul 16.10 wib, bus yang aku tumpangi mulai melepaskan sandaran dari tempat perhentiaanya. Tak lupa sebelum aku menaiki bus, ku cium tangan lembut yang tak kenal lelah merawat dan membesarkan ku. Kucium pipi di wajah itu dan berusaha untuk tak meneteskan air mata ini yang sudah sedari tadi berontak untuk keluar. “Jaga diri baik-baik, jaga kesehatan, jangan aneh aneh yah sayang” tutur bundaku. Itulah segelincir kata yang membuat ku sedikit terharu (padahal sudah kebelet nahan ni air mata). Tapi usahaku so tegar dan so ga sedih di sore ini berhasil. Tak setetespun air mata yang jatuh melewati pipi(walaupun sudah terasa sembab di dalam kelopak mataku). Walaupun sebetulnya mereka mengerti bagaimana perasaanku saat ini. Setidaknya sore itu tidak menjadi ajang bersedih sedih ria di awal perjalananku. 

Hanya satu harapanku pada saat itu, dalam hati menjerit dan berharap semoga orang yang aku sayangi hadir walau di detik detik terakhir kepergianku. Semakin terasa sesak dada ini, berharap dan terus berharap bayangan itu muncul di hadapanku. Tapi sepertinya aku harus menahan rasa kecewa itu. Karna telah habis memandang di tempat itu, tak sedikitpun ku melihat bayang wajahnya. 

It’s oke, mungkin tuhan tidak inginkan aku dan dia bertemu di tempat ini. Setelah tersadar dari khayalanku, ada lambayan tangan dan senyuman manis yang di terbangkan kakak untuk melepas keberangkatanku. Semakin terasa sesak dada ini menahan perasaan galau yang berkecambuk di hati. Aku tak ingin pergi, tapi aku harus pergi. Ku coba untuk mengendalikan diri, menahan emosi, dan meredam gejolak di hati. 

4 september 2011 Berangkat di antar oleh air yang jatuh dari langit, sampaipun di guyur dengan air kehidupan (air hujan maksudnya). Aku memulai hidup sendiri di tempat yang terasa cukup asing untuk diriku. Hari-hari pertama terasa cukup berat untuk aku lalui. Yang terbayang hanya keindahan dan kehangatan saat ku masih di rumah. Canda dan tawa yang selalu mengisi hari-hariku kini telah menjauh. Yang ada hanya aku sendiri disini, di tempat ini. 

Di saat ku merindukan sentuhan lembut mama, yang aku lakukan hanya mendekatkan diri pada yang maha kuasa. Rasanya di setiap sujudku tak dapat menahan air mata kerinduan itu. 

Stop,,, aku pergi ketempat ini tidak untuk menangis. Tidak untuk mendramatisir keadaan yang membuat aku semakin merasa sendiri. Masih ada teman-teman seperjuangan dan mereka (orang yang menyayangiku) yang selalu memberi support dan doa walaupun dari kejauhan.

Aku harus tetap tegar dan kuat.... ini baru awal dari langkahku. Ga lucu aja, baru di awal sudah terseok-seok. Aku harus buktikan kepada mereka mereka yang telah meremehkan ku. AKU BISA DAN HARUS BISA.

Jumat, 05 Agustus 2011

Tak Berujung


Mungkin aku yang harus pergi
MAAF, kata itulah yang pantas aku ucapkan
Dan harus kau dengar

Maaf karna aku telah memulai sesuatu
Yang tak bisa aku akhiri

Maaf telah lancang memasuki kehidupanmu
Yang ternyata tak mampu aku pahami

Tak dapat lagi aku berdiam diri
Melihat kau yang terus terbayang
Dan merasa risau mencari celah kecil
Di ujung perjalanan ini

Akupun lelah menanti

Di saat aku tersadar tak lagi dapat menyentuhmu
Secepatnya ku ingin coba hancurkan semua mimpi
Mimpi yang hanya menjadi seperti bintang
Indah di lihat tapi tak mungkin ku raih

Pejamkan matamu
Karna banyak keindahan yang tak mampu
Dilihat di muka bumi ini

Biarlah cerita kita tersimpan indah
Walau hanya dapat terasa di dalam lubuk hati...

Jumat, 08 Juli 2011

Malam Itu

Percakapan antara aku dan dia (waktu sudah menunjukan pukul 21.35 wib)

Me: Laperrr nih, belum makan.

He: Ayo makan, kakak juga belum makan.

Me: Jemput,,,,, *dengan nada memelas, hehehe

He: Iya, gih siap-siap. *Dengan lembutnya

Me: Males ah, mank kenapa kalo cuma pake piama tidur? Malu gitu jalan sama aku yang cuma pake piama.          Huh *Hobby banget sih aku mancing emosi orang. Hoho, maaf yah

He: Bukan gitu jeleg, jilbabnya di pake dulu. Hedew...

Me: *senyum-senyum ga jelas. Oh, iya.. Lupa.

He: Makanya jangan pake emosi. *Masih dengan nada yang sangat lembut.


Pikiranku
Ni orang baek banget sih. Sudah ku bentak bentak, masih aja santai. Padahal dari tadi kerjaan ku cuma nyulut emosi doang. Hehehe, maaf yah bawel... ga gitu lagi. Janji!!!!
Karna ngerasa bersalah, dengan senang hati aku menawarkan diri nemeni si Dia ngerjain tugas sampai tengah malam, walaupun hanya sekedar berbincang melalui Hp...